Biasanya
dalam adat kebudayaan jawa yang saya tahu adalah acara tujuh bulanan
(tingkeban) adat ini sering banget dilakukan sama semua orang tetapi lebih sakral
bila adat ini dilakukan bagi orang jawa karena dari adat jawa sendiri masih
saja dilakukan pada tradisi keraton dan masyarakat jawa pun masih saja
menggunakan tradisi seperti ini. Salah satu tata cara pada upacara tujuh bulan
yang dilakukan adat jawa adalah upacara siraman ini biasanya dilakukan ditempat
khusus pada saat acara tujuh bulan dimulai. Siraman ini dimaksudkan dengan
siram yang artinya mandi. Tempat yang telah diisi air ini biasanya berasal dari
tujuh sumber air yang dicampurkan dengan bunga sritaman yang terdiri dari bunga mawar, bunga melati,
kenanga, dan bunga kantil. Pada saat acara siraman ini di mulai biasanya sang
ibu yang sedang hamil akan dimandikan dengan air kembang dan disertai dengan
doa yang bertujuan untuk memohon kepada Allah SWT agar selalu diberikan rahmat
dan kesehatan bagi sang ibu dan calon bayi itu sendiri. Upacara siraman juga
dilakukan dipagi hari dan diiringi dengan alunan gamelan.
Orang
pertama yang mendapatkan kehormatan untuk memandikan adalah calon kakek , calon
nenek dan disusun dengan beberapa ibu yang sudah mempunyai cucu dan jumlah yang
memandikan juga harus 7 orang. Bagi adat jawa itu sndiri tujuh artinya pitu
yang disebut juga dengan pitulung yang artinya supaya dapat diberikn
pertolongan. Sesudah dimandikan dengan air kembang juga yang terakhir dikucuri
dengan air suci dari kendi sampai airnya abis, kemudian kendi yang kosong akan
banting ketanah agar dapat mengatahui sang calon bayi laki-laki atau perempuan.
Kalau paruh dan corot kendi tidak pecah maka anaknya laki-laki, dan apabila
kendinya pecah maka anaknya perempuan.
Pada
upcara kedua pada adat jawa ini juga diharuskan sang ibu yang harus didandanin
dengan beberapa motif kain yang berjumlah 6 buah kain batik atau kain lurik.
Kain ini juga memiliki arti sikap satria maksudnya agar hidup makmur dan berbudi
luhur. Selanjutnya kain batik dikenakan pada calon ibu yang diikat dengan tali
yang terdiri dari benang anyaman daun kelapa dan tali tersebut dipotong oleh
calon ayah. Ini juga melambangkan bahwa semua kesulitan yang dihadapi keluarga,
akan di batasi oleh calon ayah. Sesudah memotong tali dua buah kelapa gading
diluncurkan kedalam kain batik yang sudah dipakai oleh calon ibu, kedua kelapa
tersebut di jatuhkan diatas kain batik, yang melambangkan agar kelahiran yang
lancar dan selamat serta dapat menjalani kehidupan yang baik dan mempunyai
sikap berbudi pekerti. Selanjutnya calon ayah mengambil salah satu kelapa
tersebut dan memecahkan dengna menggunakan golok. Kalau kelapanya pecah jadi
dua tandanya anaknya perempuan, kalau kelapa itu airnya menyembur keluar
artinya anaknya laki-laki.
Dan
upacara yang dilakukan di adat jawa yang terakhir adalah angreman artinya
mengerami telur, calon orang tua ini duduk diatas tumpukan kain yang sudah
dipakai tadi, seolah-olah mengerami telur
dan menunggu waktu sampai bayinya lahir dengan sehat dan selamat.
Kemudian calon orang tua juga mengambil beberapa macam makanan dari sesaji yang
sudah disediakan di sebuah cobek dan harus dimakan bersama sampai habis. Dari
ketiga inilah upacara ritual tujuh bulan
yang sering dilakukan bagi adat jawa dan bagi saya kebudayaan adat jawa ini sangat mempunyai tata cara
tersendiri agar dalam mengambil sebuah keputusan kita harus berhati-hati karena
setiap kita melakukan pasti ada artinya tersendiri, istilahnya jawa itu terlalu
banyak patangan dan aturannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar